Keluarga adalah batu bata pertama dalam pembentukan, pengasuhan serta penanaman karakter unggul untuk anak-anak. Negara yang berperadaban diukur dari masyarakatnya yang baik. Demikian juga halnya masyarakat yang baik tercermin dari setiap keluarga yang baik pula. Tentunya keluarga yang baik diawali dari bagaimana figur orang tua dalam mengasuh, mendidik anak-anak mereka. Di rumah orang tua sebagai role model bagi anak-anak.
Rumah sebagai madrasah utama dan pertama bagi tumbuh kembang anak-anak. Bagaimana anak bersikap, berperilaku tentunya menyerap dari orang tuanya sebagai tempat pertama dia berinteraksi sehari-hari. Orang tua pun selayaknya menjadi teladan, agar anak-anak menyerap hal-hal baik di rumah. Keteladanan di dalam Islam menjadi senjata ampuh untuk menanamkan karakter unggul sebagai modal anak menghadapi kehidupannya kelak.
Selain itu, pola asuh orang tua berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Selama ini kita beranggapan bahwa pengasuhan dimulai sejak anak lahir. Islam mengajarkan pengasuhan harusnya dilakukan sejak di dalam kandungan. Para suami ketika mendapati istrinya dalam masa hamil hendaknya memberikan suasana kondusif bagi istrinya. Suasana bahagia harus mendominasi hari-hari istri semasa mengandung.
Dukungan suami begitu berpengaruh pada masa kehamilan sejak awal hingga usai persalinan. Nah, bagi para wanita yang masih single, masih ada waktu untuk mempersiapkan pendamping hidup, imam pilihan dunia akhirat sebagai modal pertama pembentukan keluarga yaitu memilih pasangan yang sholih tentunya. Pasangan sholih pilihan anda yang akan menentukan juga bagaimana nantinya menjadi orang tua dengan bekal pengasuhan super keren untuk anak-anaknya.
Tulisan ini tidak hanya ditujukan bagi para suami-istri yang akan menjadi orang tua, namun juga bagi para ihkwan dan ahkwat yang masih single. Ilmu tentang pengasuhan harusnya sudah dicari, di update agar nantinya tak gagap berstatus sebagai bapak dan sebagai ibu. Memang sih belajar jadi orang tua tak ada sekolahnya.
Tak hanya banyak baca buku tentang referensi menjadi orang tua yang baik, yang terpenting adalah anda sebagai calon orang tua nantinya berusaha memantaskan diri dihadapan-Nya. Memperbaiki diri kuncinya. Apakah ibadah nya sudah OK, tutur katanya sesuai tuntunan Islam. Memantaskan diri bagaimana menjadi laki-laki sholih, tangguh yang pantas dipilih oleh perempuan yang juga baik keluarga, baik agamanya, akhlaknya, tak hanya parasnya saja.
Tahapan proses pengasuhan untuk tumbuh kembang anak memang dimulai sejak kita memilih pasangan hidup. Banyak diantara kita sebagai orangtua menginginkan anaknya sholih, sholihah. Pada kenyataannya di rumah Ayahnya tidak menegakkan tiang agama, tak pernah menyentuh air wudhu, hingga anak laki-lakinya tak ada yang mengenal masjid sebagai tempat terasyik untuk berjama’ah sholat.
Inilah mengapa tahapan awal di dalam Islam harus memilih pasangan hidup, imam bagi istri dan anak-anaknya sesuai dengan kriteria yang disampaikan oleh Rasulullah SAW. Berbicara tentang pengasuhan, ada tujuh pilar pengasuhan yang bisa kita persiapkan sebagai bekal mendampingi anak-anak kita. Berikut ini penjelasannya.
1. Kesiapan Menjadi Orang Tua
Apabila sudah memantapkan diri berkeluarga, tentunya sudah harus siap menjadi suami dan menjadi istri. Lantas bersiap pula menjadi ayah dan ibu. Tak hanya sekedar stastus. Memahami peran sebagai sosok ayah, juga bagaimana memahami peran sebagai ibu.
Bagaimana tanggung jawab atas kedua peran tersebut baik dia sebagai ayah dan peran sebagai ibu. Fungsi yang melekat pada ayah pasti berbeda dengan fungsi ibu. Kesemuanya harus benar-benar disiapkan sejak awal ketika memutuskan untuk berkeluarga. Maka kenapa di paragraf sebelumnya saya sampaikan harus bersungguh-sungguh dalam menentukan kriteria pasangan hidupnya agar keduanya siap menjadi orangtua.
Selain mempersiapkan diri menjadi ayah dan ibu. Pasangan harus bisa dan mau menyelesaikan problem di masa lalunya. Mengapa? Agar tidak muncul sikap innerchild negatif. Bagaimana nantinya ketika ada anggota keluarga baru bernama anak, ternyata kita masih bersikap kekanak-kanakan.
2. Dual / Co Parenting : Ayah harus Terlibat
Pendapat lama yang sering kita dengar adalah ayah mencari nafkah, ibu mengasuh anak. Padahal di dalam Al-Qur’an berbicara 14 dialog antara ayah dan anak, dan hanya ada 3 dialog antara ibu dan anak. Benarlah ketika negeri ini ada sebutan negeri tanpa ayah. Karena faktanya ayah benar-benar menghabiskan waktunya sehari-hari bekerja di luar rumah memenuhi kebutuhan nafkah keluarga. Tak salah memang. Namun usai ayah bekerja, sesampainya di rumah anak-anak tak bercengkerama dengan sang ayah. Karena di dapati sang ayah sudah kelelahan.
Pengasuhan optimal ketika ayah terlibat aktif bersama ibunya. Ayah menjadi sumber kekuatan pengasuhan untuk pembentukan karakter anak. Kedekatan ayah dan ibu kepada anak-anaknya secara fisik dan psikologis berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Anak-anak yang cerdas secara moral, cerdas spiritual dan cerdas intelektual karena adanya peran pengasuhan dari ayah dan ibu yang optimal.
Ayah sebagai pemimpin dan penentu Garis Besar Haluan Keluarga (GBHK). Anak-anak yang banyak mengalami masalah di luar rumahnya tawuran remaja misalnya, bahkan narkoba, dll ini adalah karena kurangnya bounding peran ayah di keluarganya. Salah satu penyebab masalah kurangnya bounding antara lain karena ayah dan ibu yang innerchild, ayah diam, ayah keras, ayah jayus, ayah melempar tanggung jawab, dan ayah menyalahkan ibu.
Selain berperan menjadi penentu GBHK idealnya ayah memiliki kewenangan untuk menentukan tujuan keluarga sesuai ketentuan Allah, membuat kebijakan peraturan, menentukan standart keberhasilan, mendidik dan membimbing istri dan anak, melakukan pengontrolan, mendelegasikan tanggung jawab dan otoritas. Tentunya semua kewenangan tersebut dibicarakan bersama pasangan hidupnya. Ayah juga berhak untuk dicintai, dihargai, dihormati, dipedulikan serta dipercaya. Inilah pilar kedua tentang pentingnya keterlibatan ayah dalam pengasuhan untuk anak-anak.
3. Tetapkan Tujuan Pengasuhan & Sepakati
Melalui penentuan Garis Besar Haluan Keluarga (GBHK) dibuat di awal dengan melibatkan ayah sebagai pemimpin keluarga dan ibu sebagai penguat ayah di dalam pengasuhan anak. Pengasuhan pada anak laki-laki dan perempuan berbeda. Sang Maha Hidup memberikan otak yang berbeda pada tiap-tiap anak. Fitrah dan fungsinya pun berbeda di dalam keluarga. Tanggung jawab keduanya juga berbeda. Anak laki-laki merupakan sasaran tembak bisnis narkoba dan pornografi. Membekali anak-anak dengan tujuan pengasuhan yang jelas dengan menanamkan bahwa anak-anak adalah hamba Allah, mukmin yang bertaqwa. Membentuk anak-anak sesuai peran dan tanggung jawabnya. Apabila anak perempuan, menegaskan perannya kelak sebagai calon istri. Dan laki-laki perannya sebagai calon suami. Anak-anak kelak memainkan perannya sebagai pengayom, pendidik keluarga serta penanggung jawab keluarga.
4. Komunikasi Yang Benar, Baik dan Menyenangkan
Sebagai orangtua mari kita mengevaluasi cara berkomunikasi dengan anak-anak. Belajar komunikasi yang benar dengan anak yaitu mendengar aktif, membaca bahasa tubuh anak, menghindari 12 gaya populer kekeliruan dalam komunikasi (dari Elly Risman) yaitu: memerintah, menyalahkan, meremehkan, membanding-badingkan, mencap (memberi label), mengancam, menasehati, membohongi, menghibur,mengkritik, menyindir, dan menganalisa.
5. Orangtua Yang Menanamkan Nilai Agama
Tanggung jawab orangtua adalah membentuk kebiasaan dan meninggalkan kenangan. Anak faham adalah anak tidak terbebani dan tidak menolak, namun anak melakukannya dengan suka dan bahagia. Jadi targetnya adalah bukan bisa tetapi suka. Prioritas penanaman nilai agama yang utama adalah lurus imannya, takut pada Allah, benar dan baik ibadahnya serta berakhlakul karimah. Berikutnya adalah menyiapkan mereka memasuki masa baligh dan dewasa, siap menjadi menantu, siap menjadi istri dan suami, siap menjadi ibu dan ayah.
6. Menyiapkan Masa Baligh
Dimulai dari kesadaran dan kesepakatan bahwa anak adalah amanah dari Allah. Kesadaran bahwa kita sebagai orang tua kelak memiliki tanggung jawab pada Allah. Anak juga perlu pendampingan melewati masa pubertas. Peka bahwa sekarang adalah masa genting untuk membentengi anak-anak kita dengan isu berkembang. Sedangkan sepakat yaitu kedua orangtua harus punya concern, commitmen dan continuity dalam menyiapkan masa balighnya. Kuncinya adalah menyediakan waktu dan tenaga, tingkatkan terus pengetahuan dan ketrampilan. Bagaimana mempersiapkannya? Masing-masing orang tua membuat daftar: apa yang luput selama ini dan apa yang diperlukan sekarang. Mempersiapkan materi sesuai umur. Lantas menentukan prioritas dan bagi tugas (ayah dan ibu).
7. Bijak Memanfaatkan Teknologi
Berikut ini salah satu langkah-langkah bijak memanfaatkan teknologi:
- Sepakati makna teknologi/media
- Sadari bahwa anak kita adalah digital native
- Pahamkan baik dan buruknya sebelum anak menggunakan
- Cek kesesuaian conten dengan usia, cek rating, cek batas usia
- Buat aturan & tentukan konsekuensi
- Latih bagaimana mengantisipasinya hal buruk
- Lakukan kontrol: ketika anak menggunakan gadget dan internet
Semoga kita sebagai orang tua dan yang akan menjadi oran gtua harapannya bisa mengambil dan menerapkan 7 pilar pengasuhan untuk anak ini sebagai langkah perbaikan generasi mendatang. Generasi yang tidak hanya cerdas intelektual, namun juga cerdas spiritual. Aamiin.